Dalam makalah ini kelompok kami membahas mengenai teori belajar revolusi-sosiokultural serta bagaimana penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.
Selasa, 07 Mei 2013
MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Teori
Belajar Revolusi-sosiokultural dan Penerapanya dalam Pembelajaran
Teori
Belajar Revolusi-sosiokultural dan Penerapanya dalam Pembelajaran
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas makalah
ini. Terima kasih kami haturkan kepada Dra. Sri Lestari/ Dr. Marmawi, M.Pdselaku dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran, karena berkat bimbingan dari beliau lah kami dapat menyusun
makalah ini sebagaimana mestinya.
Dalam makalah ini kelompok kami membahas mengenai teori belajar revolusi-sosiokultural serta bagaimana penerapannya dalam kegiatan pembelajaran.
Kami
selaku penulis mohon maaf apabila didalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan. Baik
kesalahan dalam penulisan kata maupun kesalahan dalam struktur penulisan karena kami juga masih dalam proses belajar. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan bagi kita semua, khususnya bagi para
pembaca makalah ini.
Pontianak, April 2013
Penulis,
DAFTAR ISI
Cover 1
Kata
Pengantar 2
Daftar
Isi 3
ISI
A.
Uraian Materi 4
1. Teori belajar Piagetiat 4
2. Teori belajar Vygotsky 4
a.
Hukum
genetik tentang perkembangan 5
b.
Zona
perkembangan proksimal 6
c.
Mediasi 6
B.
Aplikasi Teori Belajar Revolusi-Sosiokultural dalam Pembelajaran 8
C.
Rangkuman 9
A. Uraian Materi
1.
Teori Belajar Piegetian
Teori
kognitif Piagetian yang kemudian berkembang pula aliran konstruktivistik,
menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karna adanya karsa
individu.Keaktifan siswa menjadi unsur yang amat penting dalam menentukan
kesuksesan belajar.Aktivitas mandiri adalah jaminan untuk mencapai hasil
belajar yang optimal.
Menurut
Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan syaraf.
Untuk
memperoleh keseimbangan atau ekuilibrasi, seseorang harus melakukan adaptasi
dengan lingkungannya. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadinya
secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui asimilasi siswa
mengintegrasikan pengetahuan baru dari luar ke dalam struktur kognitif yang
telah ada dalam dirinya.Sedangkan melalui akomodasi siswa memodifikasi struktur
kognitif yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru.
Dilihat
dari locus of cognitive development atau
asal-usul pengetahuan, Piaget cenderung menganut teori psikogenesis.Artinya,
pengetahuan berasal dari dalam diri individu. Dalam proses belajar, siswa
berdiri terpisah dan berinteraksi dengan lingkungan sosial. Ia mengkonstruksi
pengetahuannya lewat tindakan yan dilakukannya terhadap lingkungan sosial.
Disamping
itu, dalam kegiatan belajar Piaget lebih mementingkan interaksi antara siswa
dengan kelompoknya. Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi antara
siswa dengan kelompok sebayanya dari pada dengan orang-orang yang lebih dewasa.
Pembenaran terhadap teori Piaget ini jika diterapkan dalam kegiatan pendidikan
dan pembelajaran akan kurang sesuai dengan perspektif revolusi-sosiokultural
yang sedang diupayakan ini.
2. Teori Belajar
Vygotsky
Teori belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh
Vygotsky bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar
sosial-budaya dan sejarahnya.Artinya, untuk memahami pikiran seseorang
ditelusuri dari asal-usul tindakan sadarnya, dari interaksi sosial yang
dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990).
Peningkatan fungsi-fungsi mental
seseorang berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya yang berkaitan erat
dengan aktivitas-aktivitas dan bahasa yang dipergunakan.Kunci utama untuk
memahami proses-proses sosial dan psikologis manusia adalah tanda-tanda atau
lambang yang berfungsi sebagai mediator (Wertsch, 1990).
Mekanisme teori yang digunakannya untuk
menspesifikasi hubungan antara pendekatan sosio-kultural dan pemfungsian mental
didasarkan pada tema mediasi semiotik, yang artinya adalah tanda-tanda atau
lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya berfungsi sebagai penegah
antara rasionalitas dalm pendekatan sosio-kultural dan manusia sebagai tempat
berlangsungnya proses mental (Moll, 1994).
Atas dasar pemikiran Vygotsky, Moll, dan
Greenberg (dalam Moll, 1994) melakukan studi etnografi dan menemukand adanya
jaringan-jaringan erat, luas, dan kompleks di dalam dan di antara
keluarga-keluarga dan berkembang atas dasar confianza
yang membentuk kondisi sosial sebagai tempat penyebaran dan pertukaran
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai sosial budaya. Anak-anak memperoleh
semua itu dari keterlibatan aktif interaksi sosial sehari-hari dalam keluarga
untuk memperoleh dan juga menyebarkan pengetahuan-pengetahuan yang terlah dimiliki.
Terjadi suatu kerja sama antara angota keluarga dan interaksi tersebut.
Menurut
Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut
dengan teori sociogenesis. Dimensi
kesadaran sosial bersifat primer, sedangkan dimensi individunya bersifat
derivatif (turunan dan bersifat sekunder).Artinya, pengetahuan dan perkembangan
kognitif individu berasal dari sumber-sumber sosial di luar dirinya.Tetapi
Vygotsky juga memiliki pendekatan kokonstruktivisme yang berarti perkembangan
kognitif seseorang di samping ditentukan oleh individu sendiri secara aktif,
juga oleh lingkungan sosial yang aktif pula.
Konsep-konsep
penting teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai
dengan revolusi-sosiokultural dalam teori belajar dan pembelajaran adalah hukum
genetic tetang perkembangan (genetic law of development), zona perkembangan
proksimal (zone of proximal development), dan mediasi.
a. Hukum Genetic Tentang Perkembangan
(Genetic Law of Development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan
seseorang akan tumbuh dan berkembang melewatu dua tataran, yang pertama tataran
social tempat orang-orang membentuk lingkungan sosialnya (dapat dikategorikan
sebagai interpsikoligis atau intermental), dan yang kedua yaitu tataran
psikologis di dalam diri orang yang bersangkutan ( dapat dikategorikan sebagai
intrapsikoligis atau intramental). Pandangan teori ini menempatkan lingkungan
social sebagai faktor primer dan
konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif
seseorang.
Karena
menurut teori ini fungsi-fungsi mentallah yang lebih tinggi dalam seseorang
akan muncul dan berasal dari kehidupan sosialnya. Sementara itu fungsi
intramentalnya dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau
terbentuk melalui penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses tersebut.
Pada
mulanya seorang anak berpartisipasi dalam kegiatan sosial tertentu tanpa
memahami maknanya. Pemaknaan baru akan muncul atau terjadi melalui proses
internalisasi. Namun internalisasi yang dimaksud oleh Vygotsky bersifat
transformatif, yaitu mampu memunculkan perubahan dan perkembangan yang tidak
sekedar berupa transfer atau pengalihan.Maka belajar dan perkembangan merupakan
suatu kesatuan dan saling menentukan.
b. Zona perkembangan proksimal (zone of
proximal development)
Vigotsky
mengemukakan konsepnya tentang Zona Perkembangan Proksimal dimana ia mengatakan
bahwa perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan dengan dua tingkat, yaitu:
1. Tingkat perkembangan aktual
Tingkat
perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas atau memecahkan masalah mandiri.Ini disebut juga dengan kemampuan intramental.
2. Tingkat perkembangan potensial
Pada
tingkat perkembangan potensial kemampuan
seseorang tampak dari bagaimana seseorang memecahkan masalah dan menyelesaikan
tugas-tugas ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi
dengan teman sebaya yang lebih kompeten. Ini disebut sebgai kemampuan intermental.
JARAK ANTARA
KEDUANYA, YAITU TINGKAT PERKEMBANGAN AKTUAL DAN TINGKAT PERKEMBANGAN POTENSIAL
DISEBUT ZONA PERKEMBANGAN PROKSIMAL
Zona perkembangan proksimal diartikan
sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih
berada pada proses pematangan. Ibaratnya embrio, kuncup atau bunga yang belum
menjadi buah. Tunas-tunas perkembangan ini akan menjadi matang melalui
interaksinya dengan orang dewasa atau kolaborasi dengan teman sebaya yang lebih
kompeten.
Untuk menafsirkan konsep zona
perkembangan proksimal ini dengan menggunakan scalffolding interpretation, yaitu memandang zona perkembangan
proksimal sebagai perancah, sejenis wilayah penyangga atau batu loncatan untuk
mencapai taraf perkembangan yang semakin tinggi.
Gagasan Vigotsky tentang zona
perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan
kognitif anak.
Beberapa konsep kunci yang perlu dicatat
adalah bahwa perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling
terkait, perkembangan kemampuan seseorang bersifat context dependent atau tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial,
dan sebagai bentuk fundamental dalam belajar adalah partisipasi dalam kegiatan
sosial.
Berpijak pada konsep zona perkembangan
proksimal, maka sebelum terjadi internalisasi dalam diri anak, atau
sebelum kemampuan intramental terbentuk,
anak perlu dibantu dalam proses belajarnya. Orang dewasa dan/atau teman sebaya
yang lebih kompeten perlu membantu dengan berbagai cara seperti member contoh,
memberikan feedback, menarik kesimpulan, dan sebagainya dalam rangka
perkembangan kemampuannya.
c. Mediasi
Menurut
Vygotsky kunci utma untuk memahami proses-proses social dan psikologis adalah
tanda-tanda atau lambang-lambang yang berfungsi sebagai mediator.Tanda-tanda
atau lambang-lambang yang berfumgsi sebagai mediator. Semua perbuatan atau
proses psikologis yang khas manusiawi dimediasikan dengan psychological tools atau
alat-alat psikologis berupa bahasa ,tand adan lambang, atau semiotika.
Mekanisme huungan antara pendekatan sosioluturel dan fungsi-fungsi mental
didasari oleh tema mediasi semiotic,
artinya tanda-tanda atau lambang-lambang beserta makna yang tergantung
didalamnya berfungsi sebagai fungsi penghubung antara rasionalitas sosio
cultural (intermental) dengan individu sebagai tempat berlangsungnya proses
mental (intramental) ( wertsch, 1990)
ada beberapa elemen yang dikemukakan oleh Bakhtin untuk memperluas pendapat
Vygotsky.elemen-elemen tersebut terdiri
dari ucapan, bunyi, suara, tipe percekapan social dan dialog, di mana secara
konstektual elemen-elemen tersebut berada dalam batasan sejarah, kelembagaan,
budaya dan factor-faktor individu.
Ada 2 jenis
mediasi yaitu:
1.
Mediasi metakognitif: penggunaan
alat-alat semiatik yang bertujuan untuk melakukan self-regulation(regulasi
sendiri)meliputi: self- monitoring, self-
checking dan self-evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam
komunikasi antara pribadi. Selama menjalani kegiatan ini, orang dewsa atau
teman sebaya yang lebih kompeten biasa menggunakan alat-alat semiotic tertentu
untuk mengatur tingkah laku anak.
2.
Mediasi
kognitif: penggunaan alat
kognitif untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu
atau subject-domain problem. Mediasi kognitif bias berkaitan dengan konsep
spontan dan ilmia. Konsep ilmiah yang berhasil diinternalisasikan anak akan
berfumgsi sebagai mediator dalam pemecahan masalah. Konsep-konsep ilmiah ini
dapat berbentuk pengetahuan deklaratif(declarative knowledge)yang kurang
memadai untuk memecahkan berbagai
persoalan, dan pengetahuan procedural (procedural knowledge) berupa
matode atau strategi untuk memecahkan masalah . menurut Vygotsky, untuk
membantu anak mengenbaangkan penegtahuan yang sungguh-sungguh bermakna, dengan
cara memadukan antara konsep-konsep dan prosedur-prosedur melalui demostrasi
dan praktek.
Berdasarkan
pada teori Vygotsky di atas maka akan diperoleh keuntungan jika:
1. Anak
memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona
perkembanganproksimalnya atau potensi melalui belajar dan berkembang.
2. Pembelajaran
perlu lebih berkaitan dengan tingkat perkembangan potensialnya dari pada
tingkat perkembangan aktualnya.
3. Pembelajaran
lebih diarahkan pada penggunaan strategi ntuk mengembangkan kemampuan
intermentalnya
4. Anak
diberikan kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif
yang telah dipalajari dengan penegtahuan procedural yang dapat digunakan
untuk melakukan tugas dan memcahkan
masalah.
5.
Proses belajar dan penbalajaran idak
sekedar bersifat tansferal tetapi lebi merupakan kokonstruksi ,yaitu suatu proses mengkonstruksi pengetahuan atau
makna baru secara bersama-sama antara semua pihak yang terlibat didalamnya.
B. Aplikasi Teori Belajar
Revolusi-Sosiokultural Dalam Pembelajaran
Gagasan
Vygotsky mengenai reconstruction of
knowledge in social setting bila diterapkan dalam konteks pembelajaran, guru harus memperhaikan
hal-hal berikut:
·
perhatian guru harus dipusatkan kepada
kelompok anak yang tidak dapat memecahkan masalah belajar sendiri.
·
Guru perlu menyediakan berbagai jenis
dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak
Dalam
kosa kata Psikologi Kognitif, bantuan- bantuan ini dikenal sebagai cognitive scaffolding, yang dapat
berupa:
·
Pemberian contoh-contoh
·
Peunjuk/pedoman mengerjakan
·
Bagan/alur
·
Langkah-langkah atau prosedur melakukan
tugas
·
Pemberian balikan
·
dll
Bantuan-bantuan
ini bisa juga diberikan oleh orang dewasa atau teman yang lebih kompeten, hal
ini sangat efektif untuk meningkatkan prokdutifitas belajar dalam memahami
alat2 semiotik, seperti bahasa, tanda, dan lambing-lambang.
Kelompok
anak yang cannot solve problem meskipun telah diberikan bantuan, perlu
diturunkan ke kelompok yang lebih rendah kesiapan belajarnya sehingga setelah
diturunkan, mereka juga berada pada zone
of proksimal development nya sendiri, dan oleh karena itu, ia siap
memanfaatkan bantuan yang disediakan.
Sedangkan
kelompok yang mampu solve problems independently harus ditingkatkan tuntutannya,
sehingga tidak perlu buang-buang waktu dengan tagihan belajar yang sama bagi
kelompok yang ada dibawahnya.
Dengan
pengkonsepan kesiapan belajar demikian, maka pemahaman tentang karakteristik
siswa yang berhubungan dengan sosio-kultural dan kemampuan awalnya sebagai
pijakan dalam pembelajaran perlu lebih dicermati artikulasinya, sehingga dapat
dihasilkan perangkat lunak pembelajaran yang benar-benar menantang namun tetap
produktif dan kreatif.
C. Rangkuman
Dewasa ini,
banyak sekali keprihatinan yang timbul terhadap perubahan kehidupan sosial
masyarakat karena maraknya berbagai problem sosial seperti ancaman disintegrasi
yang disebabkan oleh fanatisme dan primorsialisme, dan di lain pihak adanya
tuntutan pluralisme. Perubahan struktur dan lunturnya nilai-nilai kekeluargaan,
sertamerebaknya berbagai jenis kejahatan yang disebabkan oleh lemahnya modal
sosial mendorong mereka yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk
mengkaji ulang paradigma pendidikan dan pembelajaran yang digunakan selama
ini.Namun peran pendidikan bukanlah satu-satunya yang harus bertanggung jawab
untuk mengatasi semua masalah tersebut.Namun pendidikan mempunyai kontribusi
besar dalam upaya mengatasi berbagai persoalan sosial.
Maka dari itu, pandangan yang
dianggap lebih mampu mengakomodasi tuntutan sociocultural-revolution
adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky “Peningkatan
fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau
kelompoknya, dan bukan sekedar individu itu sendiri.”Teori ini sebenarnya lebih
tepat disebut sebagai teori pendekatan ko-konstruktivisme.
Konsep-konsep penting di dalamnya
yaitu low of development, zone of
proximal development, dan mediasi,
mampu membuktikan bahwa jalan pemikiran seseorang harus dimengerti dari latar
sosial budaya dan sejarahnya.Dimensi kesadaran sosial bersifatprimer sedangkan
dimensi individual bersifat sekunder.
Seorang anak yang masih dalam tahap
pembelajaran hendaknya memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona
pengembangan proksimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang. Guru
sebagai fasilitator perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (help / cognitive scaffolding) agar anak
dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan yang diberikan dapat
dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau temen yang lebih
kompeten. Bentuk pembelajaran kooperatif-kolaboratif serta belajar kontekstual
sangat tepat digunakan.Bagi anak yang telah mempu belajar secara mendiri perlu
ditingkatkan tuntutannya, sehingga tidak perlu menunggu anak yang berada
dibawahnya. Dengan demikian diperlukan pemehaman yang tepat tentang
karakteristik siswa dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran..
DAFTAR PUSTAKA
Budi Ningsih,
Asri. 2004. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Rineka Cipta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
anita fitriyanti. Diberdayakan oleh Blogger.
The gift of fantasy has meant more to me than my talent for absorbing positive knowledge., Albert Einstein
0 komentar: